Skip to main content

Posts

Bangku panjang

“Aku ingin bisa berbicara pada semua orang, seperti saat ini aku berbicara padamu” Entah apa yang membuat segalanya menjadi lebih keruh sekarang; namun hari itu dinding ketidakpercayaan yang telah kubangun tebal-tebal runtuh, kemudian aku membangun sebuah ruang, lalu menyimpan kata-katamu disana. Dan aku ingin bisa berbicara padamu lagi, seperti saat ini aku berbicara pada semua orang.
Recent posts

Juni

“Aku melihat sosok dalam mimpiku dan berdiri menatapku” Ingin sekali aku bertanya, “Apa mereka membuatmu takut?” “Apa yang kamu takutkan dalam hidupmu?”, “Apa selama ini kau selalu hidup dalam sebuah ketakutan?” “Apa kau pernah kehilangan seseorang dan membuatmu takut?” Pada akhirnya aku hanya bertanya, “Mengapa bisa?” “Tidak tahu, aku hanya melihat mereka menjadi nyata”. Ingin sekali aku bilang padamu, “Aku pun melihatmu sebagai mimpi yang terlalu amat nyata, dan membuatku juga amat sangat takut”

Damai

Kepergian Jonghyun meninggalkan luka untuk banyak sekali orang dan meninggalkan kehancuran bagi keluarga dan para anggota SHINee. Beberapa hari setelah Jonghyun meninggal, aku selalu mengikuti perkembangan berita tentang Jonghyun dan teman-teman satu grupnya. Bagaimana Jonghyun sering berbicara tentang depresi yang dialaminya di beberapa wawancara dan khususnya di surat terakhir yang ia berikan pada sahabatnya. Bagaimana kedekatannya dengan anggota lain di berbagai variety shows dan di atas panggung. Bagaimana sifatnya yang sangat lugu dan menyenangkan di depan layar kaca, yang seringkali membuat siapapun tertawa. Bagaimana ia selalu menyanyi dengan sepenuh hati dan membuat siapapun merinding. Di balik segala keajaiban yang ia ciptakan, ternyata ia bergelut dengan monster kelam yang merenggut jiwanya perlahan. Mungkin banyak orang yang berkata, “Kenapa ia sampai harus mengakhiri hidupnya? ia depresi karena ia tak mau berdamai dengan dirinya sendiri kan?” “Betapa bodoh keputusan

Kompilasi Puisi #1 : Classic Night Ride SR

Cahaya rembulan sedang tak berkunjung, rintik air berjenjang menyalut mega malam, larut ku lipat dengan melanglang bersama kawan-kawan terbaik, menjadi raja jalanan semalam, dengan gelak tawa dan suara knalpot berbahana menggaung di jalanan Kota Kembang ———————— Kami mempercepat ruang dan waktu dengan berkendara,  Kami menghentikan ruang dan waktu dengan kendaraan ———————— Lampu merah menyuar samar, ku tatap mega dengan rintik malu mencium tanah membasahi aspal, ku hentikan laju vespaku, “Mungkin cahaya rembulan tak bisa menembus tebal awan hitam suram itu, atau mungkin bosan padaku karena terus mendamba?" Namun, untuk apa ku risau? Lampu hijau berkelip, aku pun kembali melaju, berkendara bersama kawan-kawan, meringkas asa, memangkas resah. ———————— Kami bahagia, dengan cara kami, menyadur urban dengan memutar waktu, menghaki jalanan dengan kecepatan, mengarungi latisan bersama karib, kami bahagia, dengan cara

Aku tidak akan menulis dengan kiasan, retorika, atau panjang lebar. Aku akan berbicara tentang kau, dengan caraku. Kamu tak seburuk itu, kau tak perlu khawatir. Satu-satunya hal yang perlu kau khawatirkan adalah kesempatan seringkali tak muncul dua kali. Semoga aku panjang umur, lahir dan hati.
persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Jerih

Ku pepatkan rindu pada angin, Ku genapkan rasa pada kabut, Ku kejar bayangan, Ku menggenggam erat awan. Hingga jiwa mendentum, Hingga kebas seluruh indra, Hingga tumbang seluruh raga, Hingga kulit membatasi jarak. Demi selamanya, Yang takkan pernah abadi, Sekeras apapun aku menjatuhkan hati, Meruntuhkan batin, Berkelukuran hingga perih mengiris, Hanya untukmu yang saru.