Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Jerih

Ku pepatkan rindu pada angin, Ku genapkan rasa pada kabut, Ku kejar bayangan, Ku menggenggam erat awan. Hingga jiwa mendentum, Hingga kebas seluruh indra, Hingga tumbang seluruh raga, Hingga kulit membatasi jarak. Demi selamanya, Yang takkan pernah abadi, Sekeras apapun aku menjatuhkan hati, Meruntuhkan batin, Berkelukuran hingga perih mengiris, Hanya untukmu yang saru.

"Kenapa?"

"Kenapa?" , pertanyaan itu terkesan terlalu banyak untukku mulai detik itu. Sejak detik itu, aku mulai menegur diriku sendiri untuk tidak terus bertanya tentang alasan atas apapun yang terjadi. "Kenapa?" , pertanyaan itu tidak selalu bisa dijawab, dan tak selamanya berguna. Jika terjawab, lalu apa? Waktu bukanlah majalah yang bisa kita bulak-balik dan isinya tetap sama. Waktu bukanlah komidi putar yang bisa kita terus naiki dan kuda poni itu masih tetap berwarna putih mengkilap. Waktu punya dimensinya sendiri, dan kita tak pernah bisa memaksa untuk terus di dalamnya. Waktu adalah batu pijakkan sekali injak, dan kau harus teliti memilih batu yang kokoh. "Kenapa?" , aku sadar, bahwa pertanyaan itu tak ada gunanya untuk apa yang terjadi padamu kepadaku. Dan aku selalu berharap pertanyaan itu sama sekali tidak pernah keluar dari mulutku, waktu itu, kapanpun, hingga selamanya.

Untuk Beberapa Lama Sejak Lalu Sampai Nanti Entah Kapan, Aku 'Tak Bisa Jatuh Cinta.

Untuk beberapa lama sejak lalu sampai nanti entah kapan, aku tak mau jatuh cinta. Kau tahu betapa merepotkannya hal itu? Kita jatuh cinta (kembali) hanya demi menghapus masa lalu atau bahkan sekedar memudarkan kesendirian yang terlalu lama. Lalu kau mencari seseorang yang baru. Saat kau menemukan seseorang itu, kau harus memulai banyak proses dari nol; menyiapkan mental, menahan banyak rasa ingin tahu dan rasa aneh yang menjalar diperut dan hatimu, menggali informasi tentang dirinya dan apa yang berkaitan dengannya, mencari cara agar bisa berbicara banyak dengannya, dan langkah-langkah awal lainnya. Jika kau sudah melalui proses awal, lalu kau mulai melangkah ke proses pertengahan (jika kau beruntung, belum jika kau gagal dan sudah sakit hati di awal). Kau mulai berbicara intens dengannya, menemukan banyak topik pembicaraan dan kau harus terus menjaga komunikasi juga mencari topik-topik lainnya. Uh, merepotkan. Tiba diproses puncak ketika kau dirasa punya kendali atas keputusan
"Ada saatnya kamu bakalan ngerasa muak sama banyak hal, bahkan termasuk zona nyaman kamu sendiri, teman-teman kamu, darimana kamu berasal, dan lainnya. Dan ga apa-apa, kok, ngerasa kaya gitu,". Beberapa minggu kebelakang ini, aku sedang sering-seringnya mengobrol dengan satu sepupu. Kita memang dekat sejak bayi, pernah satu tempat tinggal lalu keluarganya memutuskan untuk pindah ke rumah sendiri saat aku menginjak jenjang SD akhir menuju SMP dan dia SMA. Sekarang aku baru saja lulus SMA dan dia mahasiswa tingkat akhir di fakultas dan jurusan impianku. Kita jadi sering mengobrol dan semakin dekat karena ada satu dan lain hal yang saling berhubungan lalu end up with mengobrol lewat telfon larut malam untuk sekedar curhat. Kata-kata di atas muncul ketika aku bicara padanya bahwa entah kenapa, aku sedang sendiri dan memilih untuk sendiri. Sendiri dalam arti tidak sedang dekat atau berada dilingkaran pertemanan yang intens, berkomunikasi dengan orang banyak.

Kendali Manusia

Hari itu,  pagi itu,  ia berkata dengan sangat jelas dan lantang,  menjawab pertanyaanku tentang ketidakadilan yang selalu aku rasakan tentang kepergian, mendobrak satu pintu kesadaranku hingga air mata jatuh begitu saja, “Tak ada seorangpun yang punya kendali atas siapa yang harus datang atau pergi dalam hidupnya, tak terkecuali aku atau kamu,”. Tak lama ia pamit.  Dan kemudian menjadi suara terakhir darinya yang aku dengar hingga saat ini, atau selamanya kemudian. Menyadarkanku, setelah awalnya aku tak berhenti mengutuk diriku atas ketidakberdayaanku dan kerap menciptakan awan gelap di hari-hari terik untukku sendiri,  kemudian kata-kata itu menjadi takdir manusia yang paling aku syukuri. Kelak kau akan mengerti arti datang dan pergi, Sepahit apapun itu, akan selalu penuh arti. Beberapa malam ini aku sedang gemar-gemarnya tidur memakai  sweater. Malam ini terpilih 1  sweater,  warnanya biru donker. *(i got this from someone's in
Aku sedang mempelajari suatu hal saat ini : Semakin kau menemukan dirimu sendiri, kau akan kehilangan banyak orang. And that's okay , because who sticks with you are your real friends . Dan kau pasti akan senang dalam proses 'seleksi' ini. Kau bisa memastikan : 1. Mereka yang tetap bersamamu atas segala perubahanmu menuju dirimu yang sebenarnya are your true friends . 2. Mereka yang tak pernah benar-benar menghargaimu untuk dirimu yang sebenarnya, mereka perlahan menjauh.  Maka kehilangan saat proses ini justru hal baik. Bahkan jika kau kehilangan seseorang yang kau cintai. Mereka tak layak mendapatkan hatimu Kau selangkah lebih dekat menuju kebahagiaan.

Bumi dan Galaksi Lain

Walau terkadang aku menyangkal apa yang ibuku lakukan atau katakan karena aku pikir ia terkadang terlalu banyak berbicara, tapi aku akui aku selalu ingin bisa seperti ibuku yang bisa menyampaikan apa yang ia rasakan. Aku iri pada keberaniannya. Ia selalu berani menyampaikan pendapatnya tanpa ragu dan takut akan celaan atau penolakan orang lain, ia selalu berani mempertahankan prinsipnya demi menjadi diri sendiri. Kepercayaan diri seperti itu seperti bumi dan galaksi lain dibandingkan dengan kepercayaanku pada diriku sendiri. Terkadang aku kesal karena kejujuran ibuku yang selalu langsung menghujam perasaan, atau luapan emosi ibuku yang membuatku dan sekitarnya kewalahan. Tapi di satu sisi aku begitu bangga dengannya, karena ia selalu tau apapun yang ia lakukan, ia selalu mempunyai 1 prinsip tetap ; "Mama tak pernah mau memendam perasaan. Semakin sering kita sungkan lalu berakhir dengan selalu memendam perasaan, semakin banyak masalah yang kita buat," Aku mengerti maksudn

Sampai secukup apa?

Ia tak tahu sampai kapan akan selalu merasa tidak cukup untuk hal apapun. Ia selalu mencemaskan orang lain, hal-hal disekitarnya sampai dadanya sesak dan terkadang terisak di tengah malam. Tapi sebagian dirinya yang lain merasa sama sekali tidak peduli, sampai ia tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan selain diam. Ia terombang-ambing di perbatasan antara cemas dan tak peduli. Lalu suatu hari pasti ada saatnya ia akan jatuh ke salah satu jurangnya, dan ia tak akan pernah tau akan terjerembab selamanya di jurang yang mana. Ia merasa semua ini terjadi karena semua rasa cemas yang ia berikan kepada siapapun selalu berakhir sia-sia atau mungkin ia memang tak pernah benar-benar dianggap siapa-siapa. Ia mungkin memang didesain untuk sendirian karena ketika ia mencoba untuk berlari bersama orang lain yang sedang berlari, mereka justru memilih untuk berhenti. Ia lebih merasa tenang sendirian ketika kepalanya berteriak, "Carilah teman!". Dan ketika ia menemukan mereka, giliran kep

Merakit Sentosa

Kau akan selalu menemukan kebenaran yang menyenangkan disaat kau tersaruk mengais kebahagiaan yang dirasa jauh. Percayalah bahwa apapun yang kau usahakan tak akan pernah sia-sia, selama kau benar-benar tulus dan rela mengeluarkan segala kemampuanmu. Tak lupa disertai doa. Lalu saat kau sudah mengerahkan semuanya, berpasrahlah pada Tuhan karena semua usahamu akan terbayar. Entah wujudnya sesuai bayanganmu atau jauh diluar itu, semuanya akan sepadan. Jika sesuai bayanganmu, berarti kau akan bahagia sesuai bayanganmu. Jika itu tak sesuai, kelak kau akan bahagia karena mendapatkan perbekalan berharga untuk pelayaranmu melawan ombak lautan esok hari dan seterusnya. Kebahagiaan tak bisa kau raih dari hasil harap termangu sewindu tanpa menggerakkan badan untuk berlari, mencari, dan menciptakannya sendiri. Kau tak bisa mendapatkan rasa bahagia dari terus mengharapkan orang lain akan tiba-tiba mewujudkannya. Ayolah, bahkan dongeng-dongeng yang suka kau baca di masa kecilmu selalu mencerit

Setapak Renung dan Bara Imaji.

Aku selalu suka jalan kaki, apalagi kalau sendirian. Menyusuri trotoar pinggir jalanan besar, menantang arus kendaraan bringas dari samping jalan. Karena biasanya, saat berjalan kaki sendirian aku tak perlu menyamakan langkah kaki dengan siapapun (jika aku berjalan bergerombol, aku sering tersesat sendirian karena langkahku kecil-kecil tetapi cepat jadi tiba-tiba aku duluan). Lalu bagian seru lainnya, aku bisa mendengar suara kepalaku sendiri. Terus aku bisa menciptakan hening dalam kebisingan kota dari hasil lebur pikiranku. Setiap langkah menggemakan kalimat. Lalu merajut paragraf-paragraf yang terus berputar bebas di kepalaku, tentang apapun ; tentang sekolah, tentang mama dan papa, tentang teman, tentang temannya teman, tentang potongan rambut impian, tentang kata, tentang perasaan, dan lain-lain banyak sekali. Terkadang juga membentuk imaji terang ; semua tentang terasa bahagia. Tapi biasanya paragraf ini membara panas, meyakinkan diriku bahwa apapun yang aku pikir

Takut, bingung?

"Ingat! Setelah 3 bulan lagi, kalian sudah menghilang dari tempat ini." Lalu kelas sunyi senyap. "Minggu depan kalian foto untuk ijazah ya, dan foto pakai toga untuk arbes." Lalu sekelas bersorak sorai, tapi aku masih terdiam. YAP! SMA sebentar lagi usai. Akankah aku masuk ke perguruan tinggi yang aku impikan? Akankah tempatku kelak menjadi titik dari segalanya dimasa depan? Apa rencana Tuhan untuk kami semua? Bagi kalian yang sudah menempuh bagian ini dalam hidup, apakah selalu semenegangkan ini?

Tipu Daya Ruang Waktu

Dimensi tak terbilang dan tak terjelang Engkaulah ketunggalan sebelum meledaknya segala percabangan Bersatu denganmu menjadikan aku mata semesta Berpisah menjadikan aku tanya dan engkau jawabnya Berdua kita berkejaran tanpa pernah lagi bersua Mengecapmu lewat mimpi adalah hal terjauh yang sanggup kujalani Meski hanya satu dari ribuan malam Sekejap bersamamu menjadi tujuan peraduanku Sekali mengenalmu menjadi tujuan hidupku Selapis kelopak mata membatasi aku dan engkau Setiap napas mendekatkan sekaligus menjauhkan kita Engkau membuatku putus asa dan mencinta Pada saat yang sama . " Aku jatuh cinta sama bait terakhirnya.." "Biarkan kau larut, Tuan Putri."

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku. Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015. Yang pertama adalah tentang pertemuan. Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur.  Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar. Lalu ada h

Keparat

Semakin besar diriku, dan seiring waktu berjalan, ketakutanku semakin jelas dan nyata : aku takut ditinggal. Sejak SMA, bangun di awal dini hari kemudian terkadang tidur lagi atau tidak sama sekali hanya sekadar terkadang. Lalu terhitung sejak tahun lalu, aku makin sangat sering terbangun dini hari dan berakhir tidur hanya hitungan 2-4 jam. Dan akhir-akhir ini, antara jam 12-4 aku selalu terbangun. Atau bahkan tidak tidur sama sekali. (Dan kemudian lingkaran hitam sekitar mataku semakin jelas) Aku amat suka malam dan hujan. Aku jatuh cinta akan kesunyiannya dan hujam air yang juga menciptakan kesunyian di dalam kebisingan, lalu tercipta suasana yang menenggelamkan kita pada kejujuran, kenangan, dan segala yang menuntun kita pada pikirian jernih. Tapi akhir-akhir ini pula, aku jadi sangat membenci malam dan hujan. Syahdu itu malah menciptakan monster menakutkan yang mengejarku, yang seolah-olah terus mendesakku bahwa cepat atau lambat, semua orang pada akhirnya akan menin

2015 ( Bagian III : Sepenggal Kelas dan Kamu)

Oiya, aku melupakan bagian kenaikan kelas 11 ke kelas 12 di awal pertengajan tahun 2015. Dulu aku menjalani 1 tahun kelas 11 di 11-7 atau 11 IPS-1. Satu tahun yang cukup menyenangkan. Aku bertemu teman-teman baru tentunya dan kelas ini cukup memberi kesan di SMA ku. Hari terakhir kami berada di satu kelas adalah saat pembagian rapor semester 2. Ada 3 orang teman kami yang dinyatakan tidak naik kelas dan 2 diantaranya memutuskan untuk tidak lagi bersekolah disini. Hari yang cukup emosional, mengingat 3 orang ini adalah anak-anak yang bandel dan sukanya bercanda. Lalu suatu malam kami mengadakan acara sekadar makan malam untuk berfoya-foya memakai uang kas kelas yang borjuis, kami makan di suatu restoran di Jalan Setiabudi. Tak hanya makan, kami lalu berbagi cerita seperti kesan pesan selama satu kelas, masalah pribadi juga cita-cita dan masa depan. Tapi kami lebih lama membahas soal kesan pesan sesama. Semua orang , termasuk aku, jadi tau pendapat tentang dirinya sendiri dari orang-o

Hampa (Terima Kasih, Iga Massardi!)

Aku sedang ada diposisi dimana apa yang aku lakukan dirasa hanya untuk mengisi kekosongan. Saat jam istirahat sekolah, saat selesai mengerjakan tugas dan teman-teman lain belum, menunggu dijemput saat les usai, jeda percakapan bersama teman-teman, dan ketika duduk di toilet. Aku lalu menemukan kekosongan itu. Kekosongan yang akupun tak mengerti. Aku ingin menulis sesuatu tentang ini, tapi tidak tahu harus apa. Karena hampa ya hampa. Kosong. Tidak ada. Sepi. Lalu tadi pagi saat aku membahas kemesraan sang vokalis Barasuara, Iga Massardi, dan istrinya bersama temanku yang mempunyai selera musik yang sangat sama. Hasna namanya. Ia bilang kalau Iga punya blog dan isinya menarik. Dan saat ini, jam istirahat pertama di sekolah, aku membuka blog Iga Massardi. Aku membaca beberapa tulisannya hingga aku menemukan satu tulisan bertajuk 'Hampa'. ( https://igamassardi.wordpress.com/2013/01/19/hampa/ ) "Berlagak gila berbuat aneh aneh dan ketika itu merasa bahwa i

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.

Kemana?

Diingatnya ketika suatu hari ia mengunjungi bukit dekat rumah lalu cahaya purnama merengkuh tubuhnya. Ia seketika tahu bahwa hangat cahaya itu, akanlah jadi selalu yang dinanti. Satu bulan, dua bulan ia selalu kembali ke bukit cahaya itu tak kunjung merengkuhnya, mengunjunginya saja tidak. Ia bertanya tanya pada mega malam, "Kenapa kamu selalu menangis?" Biasanya ia sangat suka hujan di malam hari. Ia mencoba memanggil bulan ditengah langit yang sabak, tapi ia tak kunjung datang. Sekalinya terlihat cuman sedetik, sedikit, lalu kembali terhalang awan hitam. Padahal ia sudah dimarahi ibu, jangan keluar malam terus Cahaya tak kunjung merengkuhnya, ia kedinginan, gelap, putus asa, lalu berucap, "Mungkin cahayamu tak bisa menembus tebal awan hitam suram itu, atau mungkin bosan padaku karena terus mendamba?" Malam ini, ia tidak keluar rumah.

2015 (Bagian II : MPK KEMBARA)

Well . Tanggung jawabku dan segala euphoria kepanitiaan ini (ternyata) belum tuntas sampai di 1 Agustus. Disuatu rapat evaluasi oleh inti panitia RUNTASTIC dan MPK KEMBARA (acara tanggal 17 Oktober), aku diangkat menjadi Wakil Ketua Logistik II, lalu logistik menjadi satu-satunya subdivisi yang mempunyai 2 wakil ketua. Awalnya aku hanya mengemban tugas sebagai Wakil Ketua Sub-divisi Stage Logistik hingga Reyza (wakil ketua divisi logistik) mengatakan bahwa ia tidak bisa sepenuhnya mendampingi Diko (ketua divisi logistik) karena kesibukannya untuk olimpiade nasional dan tugasnya sebagai murid kelas 12. Akhirnya para inti panitia mengusulkan aku untuk ikut serta mendampingi Diko karena pengalamanku di RUNTASTIC. Awalnya aku ingin menolak karena jujur saja aku sangat lelah, tapi aku suka pelarian ini. Lalu aku mengiyakan. Dua bulan menuju 17 Oktober awalnya kurasakan hambar. Entah terlalu lelah di acara sebelumnya sehingga aku kehilangan selera atau sadar bahwa acara selanjutn