Aku selalu suka jalan kaki, apalagi kalau sendirian. Menyusuri trotoar pinggir jalanan besar, menantang arus kendaraan bringas dari samping jalan. Karena biasanya, saat berjalan kaki sendirian aku tak perlu menyamakan langkah kaki dengan siapapun (jika aku berjalan bergerombol, aku sering tersesat sendirian karena langkahku kecil-kecil tetapi cepat jadi tiba-tiba aku duluan). Lalu bagian seru lainnya, aku bisa mendengar suara kepalaku sendiri. Terus aku bisa menciptakan hening dalam kebisingan kota dari hasil lebur pikiranku. Setiap langkah menggemakan kalimat. Lalu merajut paragraf-paragraf yang terus berputar bebas di kepalaku, tentang apapun ; tentang sekolah, tentang mama dan papa, tentang teman, tentang temannya teman, tentang potongan rambut impian, tentang kata, tentang perasaan, dan lain-lain banyak sekali. Terkadang juga membentuk imaji terang ; semua tentang terasa bahagia. Tapi biasanya paragraf ini membara panas, meyakinkan diriku bahwa apapun yang aku pikir
"Tuhan berbicara lewat banyak hal, banyak mulut, dan banyak peristiwa". (Keping 4 – Puteri)