Skip to main content

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku.

Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015.

Yang pertama adalah tentang pertemuan.

Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur. 

Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar.
Lalu ada hari-hari dimana orang baru yang datang adalah kenalanku (akhirnya); beberapa teman seangakatnku, kakak kelasku dan Onde.
Onde? Iya, namanya Onde. Bukan nama asli tentunya. Bukan juga cemilan manis khas Bandung.
Kalau kalian pengikut khazanah per-vandal-an Bandung, kau pasti familiar dengan namanya.

Aku bertemu dengan Onde sekitar tahun 2013 di suatu acara workshop yang diadakan anak-anak FSRD ITB. Dipertemuan pertama kami, ia langsung menarik kursi ditempatku duduk dan ia berbicara panjang lebar soal karakter gambarnya yang diberi nama 'Jengke', yang ternyata selama ini gambar makhluk jingga yang sering aku lihat di pinggir jalan di beberapa lokasi di Bandung adalah karyanya. Waktu itu aku masih kelas 10 dan dia masih kelas 11. Rambutnya pun masih panjang terurai.

Lalu kami bertemu lagi 2 tahun kemudian dan aku hampir lupa karena ia sudah berpenampilan berbeda : ala alumni. Rambutnya cepak dan dandanannya sangat artsy. Menenteng tas jaring dan outer hijau tentara serta kacamata bunda ala 80-an atau lebih tua dari itu. Ia seketika berseru "Hai, Ale!". Satu yang tidak berubah : ia selalu menjadi orang teramah.
Suatu hari kecanggungan kelas akhirnya dipecah oleh Ipi, seorang anak kelas 12 dari Cimahi yang mendikte id line semua orang dan mengajak kenalan semua orang juga.Sejak hari itu, kami saling kenal.
Beberapa minggu kemudian, pembelajaran resmi akan selalu diadakan di Jalan Ciungwanara dan suasana kelas Ciungwanara lebih merapatkan kami.
Lalu aku kenal lebih dekat dengan mereka, aku lebih sedikit terbuka dan aku jadi lebih berani ikut tertawa saat para pengajar membahas karya kami satu-satu di depan kelas. 

Lalu entah apa, aku jadi paling dekat dengan Onde, Arya dan Jorghi, juga Rifky. Sepanjang libur natal dan tahun baru 2015, aku menghabiskan hampir setiap hari jarambah bersama mereka dan teman-teman mereka yang sering diajak ikut duduk duduk, makan makan, dan ngopi-ngopi di Warung Koboi Jalan Gelap Nyawang. Sebut saja mereka adalah Fekboy, Agit, Fikri Akbar, dan Milton (orang-orang yang paling sering datang dan aku ingat betul namanya). Lalu Bea dan Anggun beberapa kali ikut.

Kami sering sekali diam di Warung Koboi sampai larut malam dan berakhir dengan mengantarku pulang ramai-ramai, pernah sampai 4 motor. 

Kau tahu? Mereka ini adalah teman-teman yang selama ini aku cari : kacau, slengean, hobinya tertawa, sangat sangat fleksibel, membumi, dan menerima semua orang apa adanya. Segembel-gembelnya atau seborju-borjunya orang, mereka semua sangat terbuka dan bisa menyesuaikan diri. Aku bisa sebut Onde lah yang paling ahli soal menghubung-hubungkan semua orang. Terkadang tema obrolan kami tentang diri sendiri, terkadang terlalu jauh seperti konspirasi politik Suriah.

Dan aku tidak perlu takut menjadi diri sendiri yang terkadang diam hening atau gila segila-gilanya.



Tadi itu soal pertemuan, sekarang soal reuni. 


Aku tinggal di komplek sejak umurku 2 tahun dan sejak itu pula, aku berteman dengan anak-anak sebaya disini. Dulu kami bisa main petak umpet sampai lebih dari 15 orang, yang beda umurnya cuma 1 tahun sampai 5 tahun. Sekarang seiring bertumbuh dewasanya kami, secara alami kelompok umur terbagi-bagi. Carla, Petra, Desita, Adri, Kesi, Mufti dan Fajar adalah yang terdekat. 
Carla sekarang menuju tahun kedua kuliah di FITB ITB, perempuan pecinta alam yang hobinya berkemah dan memanjat gunung sejak terlama yang kutahu. Rumahnya di A-11.
Petra sebaya denganku, kelas 12 SMA di SMA Negri 5 Bandung. Cantik tapi tertawa paling khas. Kami berangkat sekolah bersama setiap hari, tapi ngobrol setahun sekali. Rumahnya di E-5.
Desita paling nomaden ; dulu A-7, B-9 dan terakhir D-3 lalu ia sekarang tinggal di Antapani. Kelas 12 SMA Negri 1 Bandung dan berkepribadian sangat easy going.
Kesi sekarang berkuliah di Amerika. Keturunan Bali yang aku bisa deskripsikan perawakannya seperti Farah Queen. Masa kecilku paling sering aku habiskan dengannya, seperti menginap dirumahnya berhari-hari, ketempat-tempat wisata dengan keluarganya, sampai movie marathon dan main playstation berjam-jam dirumahnya. Rumahnya di E-1
Adri adalah mahasiswa pariwisata di UPI. Ia selalu mengingatkanku pada Sinchan dan ia paling hobi tertawa, tertawa dan tertawa. Ceria dan blak-blakan. Dulu rumahnya di C-6, sekarang ia sudah pindah ke komplek atas.
Fajar adalah mahasiswa Teknik Kimia di UNPAR. Rumahnya ada tempat personal gym dan tempat pemotretan mie legendaris jaman 17 Agustus 2013 yang sampai sekarang adalah display picture Line group kami. Sebenarnya dia sering absen karena kesibukannya. Rumahnya di C-6.
Mufti. Sejak 2005, ia pindah ke Norwegia bersama ibu dan adik laki-lakinya. Sekarang ia kuliah planologi di Norwegia sana. Terakhir ia mengunjungi kami saat menjelang Agustusan di tahun 2013 dan kemarin, ia memutuskan merayakan tahun baru 2016 di Bandung. Dulu rumahnya di A-5.
(Sekadar info : rumahku di B-7).

Kami lalu berkumpul kembali di menjelang akhir tahun 2016 sampai hari pertama di 2016.
Hari-hari yang menyenangkan dimana aku menyadari bahwa kami semua sudah beranjak dewasa dan beberapa diantara kami sudah berubah. Tapi yang aku tahu pasti : kami sudah membentuk rumah untuk kembali sejak kecil dan mereka adalah rumahku, tempat aku bisa selalu kembali.

Teman masa kecil bagiku selalu selamanya.


Atas kiri-kanan : Desita, Adri, Fajar dan Aku.
Bawah kiri-kanan : Carla, Mufti dan Petra.







  











Kesimpulan 2015 : Aku belajar banyak hal.
Dan sejauh ini, 2015 adalah favoritku.

Semoga 2016 menjadi lebih favorit.

Comments

Popular posts from this blog

persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.