Skip to main content

Keparat

Semakin besar diriku,
dan seiring waktu berjalan,
ketakutanku semakin jelas dan nyata :
aku takut ditinggal.

Sejak SMA, bangun di awal dini hari kemudian terkadang tidur lagi atau tidak sama sekali hanya sekadar terkadang. Lalu terhitung sejak tahun lalu, aku makin sangat sering terbangun dini hari dan berakhir tidur hanya hitungan 2-4 jam. Dan akhir-akhir ini, antara jam 12-4 aku selalu terbangun.
Atau bahkan tidak tidur sama sekali.
(Dan kemudian lingkaran hitam sekitar mataku semakin jelas)

Aku amat suka malam dan hujan.
Aku jatuh cinta akan kesunyiannya dan hujam air yang juga menciptakan kesunyian di dalam kebisingan,
lalu tercipta suasana yang menenggelamkan kita pada kejujuran, kenangan, dan segala yang menuntun kita pada pikirian jernih.

Tapi akhir-akhir ini pula,
aku jadi sangat membenci malam dan hujan.
Syahdu itu malah menciptakan monster menakutkan yang mengejarku,
yang seolah-olah terus mendesakku bahwa
cepat atau lambat,
semua orang pada akhirnya akan meninggalkanku.

Kesadaran adalah monster.
Dan sedari dulu aku seperti punya penyakit cemas
.
Malam semakin sering membuatku bertanya;
"Tuhan, kenapa aku diciptakan untuk selalu mencintai orang-orang sepenuh hati? Hingga membayangkan mereka pergi saja membuat aku menangis? Dan saat mereka benar-benar pergi, aku selalu mati?"

Aku benci menjadi orang yang selalu mencemaskan masa depan.
Aku benci menjadi orang yang selalu sepenuhnya merasakan sesuatu, tapi sesuatu tak ada yang selamanya begitu.
Aku benci kenyataan bahwa aku bukanlah orang yang bisa selalu diandalkan karena aku terlalu sering cemas, dan orang-orang disekitarku cenderung mendorongku agar berani menjadi sendiri.

Ayolah, aku selalu tau caranya sendiri.
Solitude is bliss; kesendirian adalah kebahagiaan. Aku salah seorang yang sangat percaya itu.

Tapi bukan berarti menjadi selalu sendirian itu menyenangkan,
dan bukan berarti ditinggal lalu aku terus selalu kuat.

Iya, kan?
Semua orang pasti ada saatnya merasa seperti ini?

Ya ampun.

Maaf, Tuhan,
Aku jadi benci malam dan hujan.




04:36,
terbangun dari tidur dan sesak dada menyiksa.

Comments

Popular posts from this blog

persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku. Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015. Yang pertama adalah tentang pertemuan. Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur.  Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar. Lalu ada h