Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016
Aku sedang mempelajari suatu hal saat ini : Semakin kau menemukan dirimu sendiri, kau akan kehilangan banyak orang. And that's okay , because who sticks with you are your real friends . Dan kau pasti akan senang dalam proses 'seleksi' ini. Kau bisa memastikan : 1. Mereka yang tetap bersamamu atas segala perubahanmu menuju dirimu yang sebenarnya are your true friends . 2. Mereka yang tak pernah benar-benar menghargaimu untuk dirimu yang sebenarnya, mereka perlahan menjauh.  Maka kehilangan saat proses ini justru hal baik. Bahkan jika kau kehilangan seseorang yang kau cintai. Mereka tak layak mendapatkan hatimu Kau selangkah lebih dekat menuju kebahagiaan.

Bumi dan Galaksi Lain

Walau terkadang aku menyangkal apa yang ibuku lakukan atau katakan karena aku pikir ia terkadang terlalu banyak berbicara, tapi aku akui aku selalu ingin bisa seperti ibuku yang bisa menyampaikan apa yang ia rasakan. Aku iri pada keberaniannya. Ia selalu berani menyampaikan pendapatnya tanpa ragu dan takut akan celaan atau penolakan orang lain, ia selalu berani mempertahankan prinsipnya demi menjadi diri sendiri. Kepercayaan diri seperti itu seperti bumi dan galaksi lain dibandingkan dengan kepercayaanku pada diriku sendiri. Terkadang aku kesal karena kejujuran ibuku yang selalu langsung menghujam perasaan, atau luapan emosi ibuku yang membuatku dan sekitarnya kewalahan. Tapi di satu sisi aku begitu bangga dengannya, karena ia selalu tau apapun yang ia lakukan, ia selalu mempunyai 1 prinsip tetap ; "Mama tak pernah mau memendam perasaan. Semakin sering kita sungkan lalu berakhir dengan selalu memendam perasaan, semakin banyak masalah yang kita buat," Aku mengerti maksudn

Sampai secukup apa?

Ia tak tahu sampai kapan akan selalu merasa tidak cukup untuk hal apapun. Ia selalu mencemaskan orang lain, hal-hal disekitarnya sampai dadanya sesak dan terkadang terisak di tengah malam. Tapi sebagian dirinya yang lain merasa sama sekali tidak peduli, sampai ia tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan selain diam. Ia terombang-ambing di perbatasan antara cemas dan tak peduli. Lalu suatu hari pasti ada saatnya ia akan jatuh ke salah satu jurangnya, dan ia tak akan pernah tau akan terjerembab selamanya di jurang yang mana. Ia merasa semua ini terjadi karena semua rasa cemas yang ia berikan kepada siapapun selalu berakhir sia-sia atau mungkin ia memang tak pernah benar-benar dianggap siapa-siapa. Ia mungkin memang didesain untuk sendirian karena ketika ia mencoba untuk berlari bersama orang lain yang sedang berlari, mereka justru memilih untuk berhenti. Ia lebih merasa tenang sendirian ketika kepalanya berteriak, "Carilah teman!". Dan ketika ia menemukan mereka, giliran kep