Skip to main content

"Kenapa?"

"Kenapa?" ,
pertanyaan itu terkesan terlalu banyak untukku mulai detik itu.
Sejak detik itu, aku mulai menegur diriku sendiri untuk tidak terus bertanya tentang alasan atas apapun yang terjadi.

"Kenapa?" ,
pertanyaan itu tidak selalu bisa dijawab, dan tak selamanya berguna.
Jika terjawab, lalu apa?
Waktu bukanlah majalah yang bisa kita bulak-balik dan isinya tetap sama.
Waktu bukanlah komidi putar yang bisa kita terus naiki dan kuda poni itu masih tetap berwarna putih mengkilap.
Waktu punya dimensinya sendiri, dan kita tak pernah bisa memaksa untuk terus di dalamnya.
Waktu adalah batu pijakkan sekali injak, dan kau harus teliti memilih batu yang kokoh.

"Kenapa?" ,
aku sadar, bahwa pertanyaan itu tak ada gunanya untuk apa yang terjadi padamu kepadaku.
Dan aku selalu berharap pertanyaan itu sama sekali tidak pernah keluar dari mulutku,
waktu itu, kapanpun,
hingga selamanya.

Comments

Popular posts from this blog

persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku. Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015. Yang pertama adalah tentang pertemuan. Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur.  Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar. Lalu ada h