Skip to main content

Merakit Sentosa

Kau akan selalu menemukan kebenaran yang menyenangkan disaat kau tersaruk mengais kebahagiaan yang dirasa jauh.
Percayalah bahwa apapun yang kau usahakan tak akan pernah sia-sia, selama kau benar-benar tulus dan rela mengeluarkan segala kemampuanmu. Tak lupa disertai doa.

Lalu saat kau sudah mengerahkan semuanya, berpasrahlah pada Tuhan karena semua usahamu akan terbayar. Entah wujudnya sesuai bayanganmu atau jauh diluar itu, semuanya akan sepadan.
Jika sesuai bayanganmu, berarti kau akan bahagia sesuai bayanganmu.
Jika itu tak sesuai, kelak kau akan bahagia karena mendapatkan perbekalan berharga untuk pelayaranmu melawan ombak lautan esok hari dan seterusnya.

Kebahagiaan tak bisa kau raih dari hasil harap termangu sewindu tanpa menggerakkan badan untuk berlari, mencari, dan menciptakannya sendiri. Kau tak bisa mendapatkan rasa bahagia dari terus mengharapkan orang lain akan tiba-tiba mewujudkannya.
Ayolah, bahkan dongeng-dongeng yang suka kau baca di masa kecilmu selalu menceritakan keajaiban yang datang setelah usaha. Entah usaha setelah membebaskan diri dari belenggu ibu tiri, melawan asa menemukan kebaikan dibalik monster, orang tua yang keras, dan lainnya.
Keajaiban sebenarnya bukan perwujudan durian runtuh, tapi kesimpulan dari jejak kaki, doa, dan peluh kita.

Percayalah, semua usaha yang menembus batas kecemasanmu akan melahirkan kekuatan baru, kebahagiaan baru, dan harapan baru. Lalu akan terbuka pintu lainnya yang menuntunmu menuju kehidupan yang lebih tinggi, karena sejatinya segala hal yang kau usahakan lalu kau tempuh akan seperti layaknya menaiki anak tangga demi anak tangga menuju tempat tertinggi dimana kau bisa melihat pemandangan indah dan merasakan angin sejuk membelai wajahmu serta sukmamu.

Raih yang kau dambakan dengan usaha, maka kau akan bahagia.

Lalu satu lagi, lihatlah segalanya dari jarak sejauh mungkin untuk melihat satu bentuk padu yang utuh.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku. Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015. Yang pertama adalah tentang pertemuan. Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur.  Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar. Lalu ada h