Cahaya rembulan sedang tak berkunjung,
rintik air berjenjang menyalut mega malam,
larut ku lipat dengan melanglang bersama kawan-kawan terbaik,
menjadi raja jalanan semalam,
dengan gelak tawa dan suara knalpot berbahana menggaung di jalanan Kota Kembang
————————
Kami mempercepat ruang dan waktu dengan berkendara,
Kami menghentikan ruang dan waktu dengan kendaraan
————————
Lampu merah menyuar samar,
ku tatap mega dengan rintik malu mencium tanah membasahi aspal,
ku hentikan laju vespaku,
“Mungkin cahaya rembulan tak bisa menembus tebal awan hitam suram itu,
atau mungkin bosan padaku karena terus mendamba?"
Namun, untuk apa ku risau?
Lampu hijau berkelip,
aku pun kembali melaju,
berkendara bersama kawan-kawan,
meringkas asa,
memangkas resah.
————————
Kami bahagia,
dengan cara kami,
menyadur urban dengan memutar waktu,
menghaki jalanan dengan kecepatan,
mengarungi latisan bersama karib,
kami bahagia,
dengan cara kami.
————————
Mari hidupkan kembali
gaya yang tergerus masa,
laju yang tercecer waktu,
Kami klasik,
Kami asik.
————————
Comments
Post a Comment