Skip to main content

Aku dan Aksara

Semakin besar umurku, semakin aku menyadari bahwa karya sastra adalah segalanya.

Sebelum ini, sebenarnya ada beberapa tulisan yang sudah aku tulis di sini. Dan sebagian besar tentang kehidupan romansa atau masalah perasaan atau apapun itu, silahkan menilaiku sentimen. Tapi hidup ini tidak pernah terlepas dari masalah perasaan, kan? Kawanku, Nadyra, selalu berkata, "Bukan masalah baper, tapi masalah manusia selalu punya perasaan". Dan aku selalu benci kata baper. Menghilangkan substansi manusia sebagai daging berisi jiwa.
Kembali ke dulu aku punya banyak tulisan sebelum ini. Alasan aku menghapus semuanya adalah ketidaksiapanku untuk dunia melihat betapa sebenarnya aku tidak nampak seperti aku dari luar, atau mungkin ketidaksiapanku melihat masa lalu diriku sebelum tau lebih banyak. Dulu, aku sangat konyol.

Menghapus tulisan sama dengan membuang intan permata, itu berlaku untuk semua orang yang menghargai sastra. Tapi aku membuang semua itu untuk mencari intan permata yang lebih jernih. Aku meninggalkan masa lalu untuk diriku yang lebih baik. Aku memilih tidak mengabadikan kebodohanku dimasa lalu, begitulah sederhananya.

Hari ini hujan.
Aku suka hujan.
Dan mulai hari ini atau lebih tepatnya 2 hari lalu, aku akan menjalani hari dengan sepotong pedih orang lain.

Seperti rintik air yang terus bertubrukan dengan bumi yang pedih.
Seperti rintik air mengubah nasib tanah kekeringan.

Aku tak apa,
demi kamu.

Comments

Popular posts from this blog

persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku. Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015. Yang pertama adalah tentang pertemuan. Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur.  Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar. Lalu ada h