Semakin besar umurku, semakin aku menyadari bahwa karya sastra adalah segalanya.
Sebelum ini, sebenarnya ada beberapa tulisan yang sudah aku tulis di sini. Dan sebagian besar tentang kehidupan romansa atau masalah perasaan atau apapun itu, silahkan menilaiku sentimen. Tapi hidup ini tidak pernah terlepas dari masalah perasaan, kan? Kawanku, Nadyra, selalu berkata, "Bukan masalah baper, tapi masalah manusia selalu punya perasaan". Dan aku selalu benci kata baper. Menghilangkan substansi manusia sebagai daging berisi jiwa.
Kembali ke dulu aku punya banyak tulisan sebelum ini. Alasan aku menghapus semuanya adalah ketidaksiapanku untuk dunia melihat betapa sebenarnya aku tidak nampak seperti aku dari luar, atau mungkin ketidaksiapanku melihat masa lalu diriku sebelum tau lebih banyak. Dulu, aku sangat konyol.
Menghapus tulisan sama dengan membuang intan permata, itu berlaku untuk semua orang yang menghargai sastra. Tapi aku membuang semua itu untuk mencari intan permata yang lebih jernih. Aku meninggalkan masa lalu untuk diriku yang lebih baik. Aku memilih tidak mengabadikan kebodohanku dimasa lalu, begitulah sederhananya.
Hari ini hujan.
Aku suka hujan.
Dan mulai hari ini atau lebih tepatnya 2 hari lalu, aku akan menjalani hari dengan sepotong pedih orang lain.
Seperti rintik air yang terus bertubrukan dengan bumi yang pedih.
Seperti rintik air mengubah nasib tanah kekeringan.
Aku tak apa,
demi kamu.
Comments
Post a Comment