Skip to main content

Aku Ingin Berhenti.

In so many ways
I'm somebody else
I'm trying so hard
To be myself.
I just need to hear
Somebody say
That this will all make
Sense one day.

- Tame Impala, Music To Walk Home By

(Yes, aku menemukan cermin lagi!!)

Saat aku sedang terjebak di ruang hampa (atau sederhananya ngelamun), aku selalu otomatis memikirkan posisiku.
Posisiku dihidup ini, posisiku di mata orang-orang yang aku sayangi, posisiku saat ini sebagai manusia, posisiku di alam semesta ini, lalu posisiku di dalam diriku sendiri.
Percaya atau tidak, aku selalu terjebak di dalam pertanyaan itu selama bertahun-tahun. Perbedaannya hanya pada sudut pandangku terhadap segala hal yang semakin bercabang, seiring umurku yang bertambah juga.

Dan sebenarnya, aku lelah dengan otakku yang selalu otomatis membuka celah pemikiran itu.
Seolah-olah aku memang manusia yang dirancang untuk berpikir tentang batin.
Sangat lelah.
Frustasi.
Uwow.
Sampai ingin berteriak sekencang mungkin, hingga menembus langit kalau bisa. Biar yang di atas tahu kalau batinku tak sekuat itu.

Dan aku selalu, selalu, membutuhkan orang yang mengerti badai itu dan berkata,
"Tidak apa-apa.
Tidak perlu sekhawatir itu".
Setulus mungkin,
sampai aku kelupaan untuk memosisikan diri.

Comments

Popular posts from this blog

persetan dengan senja persetan dengan hujan perasaan datang tak mengenal waktu memori terulang tak mengenal musim kebencian juga datang tak mengenal suasana

Kucing Hitam

"Maaf", gumamnya pada kucing hitam legam kecil kesayangannya yang sekarat karena diserang anjing liar suatu malam. Ia mengelus kepala sang kucing dengan lembut dan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar lalu berkata, "Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, lain kali aku akan menjagamu lebih baik. Jangan pergi dulu." Kucingnya bisa saja mati dari tadi, tapi ia masih ada yang mau menjaga . Sampai menangis dan sesak dada orang itu dibuatnya. Padahal ia hanya seekor kucing hitam legam kecil yang bandel. Satu minggu kemudian, walaupun jalannya tidak normal, ia berlarian lincah di halaman rumah. Setiap majikannya pulang, ia jadi yang pertama menyambutnya di pagar rumah.

2015 (Bagian IV : Kawan)

Maaf urutan peristiwa di bagian-bagian 2015 agak berantakan, aku menulis sesuai ingatanku. Dan yang terakhir, aku akan menceritakan kisah pertemananku sepanjang 2015. Yang pertama adalah tentang pertemuan. Di awal 2015, aku mulai les di kursus menggambar khusus persiapan masuk seni rupa dan arsitektur. Nama tempat kursusnya 'SR104'. Lokasi utamanya dekat dengan kampus ganeca ITB di Jalan Ciungwanara tapi dulu sebelum persengketaan memanas ruang belajarnya terletak di suatu gedung sekolah tinggi di Dago dan kami diberi ruang kelas selama 2 jam pas. Sekarang gedung itu sudah kosong melompong. Dan aku jauh lebih suka suasana belajar di Ciungwanara, tempatnya terbilang kecil tapi kami jauh lebih membaur.  Seminggu dua minggu awal les, kami semua saling diam. Ada beberapa yang sering bersuara saat kelas karena mereka satu sekolah. Aku bukan tipe orang yang bisa menyapa orang duluan, jadi satu dua minggu awal aku hanya suka berbicara dengan para pengajar. Lalu ada h